Pada suatu hari, saat Fintu sedang
mencari makanan, ia bertemu Tuvi.
“Hai Tuvi, bolehkah aku meminta sedikit makananmu?” pinta Fintu.
“Hey, Fintu! Ini makananku dan tetap makananku. Sana cari makanan yang lain!”
tolak Tuvi.
“B-baiklah…” Fintu menunduk dan berlalu. Lain hari, akan ada pesta hutan. Semua
binatang diundang. Putha si burung hantu dengan gesitnya membagikan undangan
berupa daun itu dimalam hari dan menaruhnya di depan pintu rumah para binatang.
Esok harinya, terdengar sorakan dari para binatang.
“Asyik! Pasti di sana ada banyak makanan! Aku bisa makan sepuasnya!” sorak
Cattya si anak kucing.
“Aku juga bisa makan biji-bijian, kan? Oh ya, bagi para ulat kalian tenang
saja, aku tak akan memakan kalian, kok!” pekik Chacky si ayam jago. Fintu hanya
tersenyum mendengar pernyataan teman-temannya itu
Namun tiba-tiba…
“Ah, ini hanya pesta kecil! Lihat saja, suatu saat nanti, aku akan membuat
pesta yang lebih besar!” Dengan angkuh Tuvi berkata.
“Tuvi! Kau tak boleh begitu!” seru Piku si beruang madu.
“Huh! Biarkan saja!” balas Tuvi sambil pergi.
Beberapa hari kemudian, Tuvi dan Fintu
sudah menjadi kepompong. Mereka menjalani hidup sebagai kepompong biasa.
Beberapa minggu kemudian, mereka sudah
keluar dari kepompongnya. Tak disangka, sayap Tuvi ternyata berwarna hitam!
Sedangkan Fintu malah berwarna-warni.
Tuvi tahu, ini akibat keangkuhannya. Ia sangat menyesal.
Tamat
Comments
Post a Comment
terima kasih telah berpartisipasi pada blog kami